Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah UNESA Beri Asistensi Mengajar di Sekolah Indonesia Riyadh, Arab Saudi: Kenalkan Sejarah Keuangan dan Budaya Indonesia
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/mbkm/thumbnail/90f600c9-8b90-4d2d-a501-e9767802e748.jpg)
Dalam upaya menuju visi menjadi World Class University, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kembali mengirimkan mahasiswanya untuk berkontribusi dalam program internasional. Kali ini, Muhammad Yazid Al Busthomi, mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNESA angkatan 2022, diberi kesempatan untuk melaksanakan Asistensi Mengajar di Sekolah Indonesia Riyadh, Kerajaan Arab Saudi. Program ini merupakan bagian dari upaya UNESA untuk memperluas wawasan global mahasiswanya serta memberikan dampak positif pada dunia pendidikan di luar negeri. Yazid, yang telah menjalani tugas pengajaran di Riyadh selama dua bulan, berhasil menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya menarik, tetapi juga mendalam bagi peserta didik. Salah satu materi yang menarik perhatian peserta didik adalah koleksi numismatik Indonesia, yang mencakup uang koin dan kertas dari masa Hindu-Buddha hingga era Reformasi. Yazid menggunakan koleksi tersebut sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan sejarah keuangan Indonesia kepada siswa kelas 7, 8, dan 9 SMP, serta kelas 11 SMA. "Saya ingin memberikan pengalaman belajar yang lebih hidup dan interaktif dengan memperkenalkan benda-benda sejarah yang bisa mereka sentuh langsung," ujar Yazid. Pengenalan koleksi numismatik ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang sejarah uang di Indonesia, tetapi juga membuka pandangan siswa tentang bagaimana uang berkembang seiring perjalanan waktu. Dalam kegiatan tersebut, Yazid menjelaskan mulai dari masuknya uang ke Indonesia, perkembangan percetakan uang, hingga berbagai jenis koin Indonesia dari masa Hindu-Buddha hingga Reformasi. Para siswa pun diberikan kesempatan untuk melihat dan memegang koleksi koin tersebut dengan pengawasan. Tak hanya numismatik, Yazid juga membawa peserta didik "mengunjungi" beberapa museum virtual di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi, siswa diajak menjelajahi Museum Nasional Indonesia, Museum Benteng Vredeburg, dan Museum Sangiran. Kegiatan ini sangat mengesankan bagi siswa yang belum pernah berkunjung ke museum-museum tersebut. "Ini adalah pengalaman baru yang sangat menyenangkan bagi kami. Kami bisa melihat dan belajar tentang sejarah Indonesia dengan cara yang berbeda," ujar salah satu siswa. Interaksi antara Yazid dan siswa semakin hangat seiring berjalannya waktu. Sebagai penutupan dari kegiatan tersebut, Yazid memberikan tugas yang tidak biasa: menuliskan impian, momen kebersamaan yang ingin dilakukan dengan orang tua, dan cara untuk membahagiakan mereka. "Saya ingin kalian benar-benar merasakan dan melakukan apa yang kalian tulis, dan jika kita bertemu lagi, baik di Indonesia atau di Arab Saudi, kalian bisa menceritakan apakah sudah melakukannya," kata Yazid dengan harapan bahwa tugas ini bisa memberi dampak positif bagi para siswa. Momen-momen menjelang kepulangan Yazid pun penuh dengan emosi. Banyak siswa yang merasa sedih karena harus berpisah dengan guru yang telah mengajarkan mereka banyak hal dalam waktu singkat. Meski terpisah jarak dan waktu, Yazid berharap pengalaman yang diberikan bisa menginspirasi siswa untuk terus bersemangat dalam belajar dan menghargai sejarah mereka sendiri. Program Asistensi Mengajar ini tidak hanya memberikan manfaat besar bagi para siswa di Sekolah Indonesia Riyadh, tetapi juga menjadi pengalaman berharga bagi Yazid. "Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari proses pendidikan global ini. Saya berharap dapat terus berkontribusi untuk kemajuan pendidikan, baik di dalam maupun luar negeri," tutup Yazid, yang kini kembali melanjutkan studinya di UNESA. Melalui program seperti ini, UNESA semakin membuktikan komitmennya untuk mendidik mahasiswa yang siap berkompetisi di dunia internasional, serta memberikan dampak positif bagi pendidikan di berbagai belahan dunia.
Share It On: