Double Prestasi! 10 Mahasiswa UNESA Jalani MBKM Proyek Kemanusiaan dan Student Exchange di Malaysia
Surabaya, unesa.ac.id – Sepuluh mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) berhasil menjalani dua kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sekaligus, yakni Proyek Kemanusiaan dan Student Exchange di INTI International University, Malaysia. Program yang berlangsung dari 18 November 2024 hingga 7 Januari 2025 ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman akademik sekaligus pengabdian sosial di tingkat internasional.
Program ini diselenggarakan secara fully funded, mencakup pembiayaan penuh untuk visa, tiket pesawat pulang-pergi, serta uang saku bagi para peserta. Dengan adanya dukungan pendanaan ini, mahasiswa dapat menjalankan kegiatan akademik dan sosial mereka dengan lebih fokus tanpa harus khawatir mengenai biaya perjalanan dan kebutuhan selama program berlangsung.
Mahasiswa yang mengikuti program ini berasal dari berbagai fakultas dan program studi di UNESA, di antaranya Hasan Abdul Bar (Pend. Teknik Elektro), Fissilmi Kaaffah (Pend. Kimia), Andika Krisna Putra (Pend. Bahasa dan Sastra Jawa), Viola Ismi Azizah (Teknik Sipil), Kadek Ayu K. Pramita (Teknik Informatika), Berlian Therapi H. Putri (Manajemen Pendidikan), Fadlillahi Nur Suwarman (Ilmu Komunikasi), Nabila Citta Wati (Pend. Matematika), Ria Risky Syah Putri Ayu Fadilla (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), dan Vicky Fernanda Arochim (Pend. Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi).
Mereka menjalani program dalam dua tahap. Tahap pertama adalah Student Exchange di INTI International University, tempat mereka mengikuti perkuliahan bersama mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Di universitas tersebut, mereka mempelajari berbagai aspek bisnis dan manajemen proyek, termasuk teknik penyusunan proposal, strategi pelaksanaan proyek, analisis pasca proyek, serta manajemen eksekusi. Selain memperdalam wawasan akademik, mereka juga mengasah keterampilan problem solving, teamwork, berpikir kritis, serta meningkatkan kepekaan sosial terhadap isu global dan budaya yang beragam.
Setelah menyelesaikan perkuliahan selama seminggu, mereka memasuki tahap kedua, yaitu MBKM Proyek Kemanusiaan di Kuala Lumpur. Dalam program ini, mahasiswa diterjunkan ke Sanggar Bimbingan, tempat pendidikan alternatif bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang mengalami keterbatasan akses pendidikan formal. Mereka bertugas mengajar dan membimbing anak-anak PMI yang kesulitan mendapatkan pendidikan layak akibat berbagai faktor, termasuk keterbatasan fasilitas dan kurangnya tenaga pengajar.
Sebagai tenaga pengajar di Sanggar Bimbingan, mahasiswa menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kendala utama yang mereka temui adalah keterbatasan sumber daya pendidikan, seperti buku cetak yang sangat minim, sehingga anak-anak kesulitan belajar secara mandiri di rumah. Selain itu, banyak dari mereka yang belum bisa membaca dengan lancar, dan metode pengajaran di sanggar masih kurang terstruktur.
“Peserta didik di sana tidak mendapatkan buku cetak, sehingga mereka tidak bisa belajar di rumah. Selain itu, banyak dari mereka yang masih kesulitan membaca dan pengajaran yang kurang terstruktur,” jelas Fadilla, mahasiswa PGSD.
Untuk mengatasi masalah ini, mahasiswa UNESA berinovasi dengan menciptakan berbagai solusi. Mereka membuat sudut baca sederhana yang menyediakan buku agar anak-anak lebih termotivasi untuk membaca. Selain itu, mereka memberikan kelas tambahan bagi siswa yang masih kesulitan membaca dan menulis. Pembelajaran juga dibuat lebih interaktif dengan menggunakan alat bantu visual dan permainan edukatif agar anak-anak lebih mudah memahami materi. Tidak hanya itu, mereka juga memperkenalkan budaya Indonesia melalui video dan media digital, mengingat banyak peserta didik yang lahir di Malaysia dan belum pernah mengunjungi tanah air.
Banyak tantangan yang dihadapi selama program, tetapi mahasiswa tetap merasa bahwa pengalaman ini sangat berharga. Hasan, Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) UNESA yang juga mengikuti program ini, menyatakan bahwa program ini sangat direkomendasikan untuk mahasiswa karena memberikan banyak manfaat. “Selain dikonversi menjadi 20 SKS, mahasiswa juga mendapatkan international exposure. Meskipun Malaysia merupakan negara tetangga, banyak sekali perbedaan yang kita temui. Selain itu, kita dapat menambah wawasan agar lebih bijak dalam bertindak karena adanya perbedaan budaya serta menjadikan kami lebih peka terhadap masalah sosial,” ujarnya.
Menurut Hasan, selain memberikan manfaat bagi mahasiswa, program ini juga berdampak positif bagi anak-anak PMI yang selama ini mengalami keterbatasan akses pendidikan. Mahasiswa yang tergabung dalam program ini berharap bahwa inisiatif seperti ini dapat terus berlanjut dan memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kualitas pendidikan di komunitas pekerja migran Indonesia.
Lebih dari itu, program ini juga memperkuat hubungan akademik antara UNESA dan INTI International University serta mendukung upaya diplomasi pendidikan antara Indonesia dan Malaysia melalui KBRI. Kolaborasi semacam ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pengabdian masyarakat di tingkat internasional.
Program MBKM Proyek Kemanusiaan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk berpartisipasi dalam program serupa. Dengan memadukan pengalaman akademik dan pengabdian sosial, mahasiswa tidak hanya mengembangkan keterampilan profesional tetapi juga membangun empati dan kepedulian terhadap sesama. UNESA terus berkomitmen untuk mendukung mahasiswanya dalam mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, guna mencetak lulusan yang unggul dan kompetitif di tingkat global.
PENULIS: Mahareka Hamdan Rizqulloh & Muhammad Azhar Adi Mas'ud
Share It On: